Suasanadi Apotek Kimia Farma Mampang, Jakarta Selatan. Foto: Moh Fajri/kumparan . ADVERTISEMENT. Harga saham BUMN farmasi, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) pada perdagangan pagi ini melesat tajam. Pada pukul 9.36 waktu bursa, saham KAEF melambung 245 poin (23,56 persen) ke Rp 1.285. Selain itu, Kementerian BUMN berencana melakukan pengadaan obat
UsenThamrin, Pengembangan Model Alur Pengadaan Obat Pada Apotek Azka Di Halim Perdana Kusuma, Jurnal Ekuilibrium ISSN: 2303-0968 Duda M., et al, Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan Terhadap Pelayanan Di Apotek Kimia Farma Gatot Subroto Bandung, Kartika-Jurnal Ilmiah Farmasi , 2017, 5(1), 31- 37
Jakarta-. Pembelian obat terapi COVID-19 Ivermectin dibatasi. Setiap orang hanya boleh membeli 20 tablet alias 1 botol. Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan, obat tersebut hanya bisa dibeli dengan resep dokter. "1 botol 20 tablet, per KTP sesuai dengan resep dokter," kata Erick saat sidak di apotek Kimia Farma Matraman, Jakarta, Senin (5/7/2021).
bPengadaan Pengadaan sediaan farmasi di Apotek Kimia Farma 202 dilakukan from PHARMACY 1113565 at Pancasila University- Indonesia. Study Resources. Main Menu; by School; by Literature Title; B pengadaan pengadaan sediaan farmasi di apotek kimia. School Pancasila University- Indonesia; Course Title PHARMACY 1113565; Uploaded By putrimuti126.
DiKimia Farma 3 5, pengadaan dilakukan setiap dua kali dalam se bulan. Yakni BPBA Ethical dilakukan setiap hari selasa. Untuk pelayanan obat tanpa resep dokter di Apotek Kimia Farma 3 5 Surabaya hanya diperbolehkan membeli obat bebas dan bebas terbatas. Dimana pasien bi sa secara langsung mengambilnya sendiri di swalayan Apotek yang ada.
Pengelolaanobat dan perbekalan kesehatan yang dilakukan di Apotek sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku, meliputi: perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan pelayanan. Pengelolaan ini bertujuan untuk menjaga dan menjamin ketersediaan barang di apotek sehingga tidak terjadi kekosongan barang. Selain itu juga bertujuan untuk memperoleh
PENJUALANDAN PEMBELIAN OBAT DI APOTEK EMULINDA . hewan,mineral maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit. Sistem Informasi Penjualan dan Pembelian Obat di Apotek Rahayu Farma. 8 56 192 Download (152 Halaman - 3.25MB)
Denganadanya apotek online, aplikasi Mediv dan Kimia Farma Official pada beberapa market place,semakin memperluas cakupan pelayanan Kimia Farma yang telah memiliki 900 cabang apotek dengan 250 pilihan lokasi di seluruh Indonesia sehingga terjadi sinergi antara offline dan online.Pembelian secara online
3eAYSv. p>Terjadinya pergeseran paradigma pelayanan kefarmasian dari pelayanan obat drug oriented menjadi lebih berfokus kepada pelayanan pasien patient oriented dengan berdasar kepada Pharmaceutical Care saat ini sedang terjadi dengan tetap mengkedepankan pedoman patient safety . Salah satu penunjang tercapainya patient safety adalah ketersediaan obat yang dipengaruhi oleh prosess supply chain dari pihak distributor kepada apotek. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui performa supply chain management dari PBF terhadap proses pengadaan di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo dan memberikan rekomendasi terhadap performa supply chain management dari PBF. Rancangan penelitian ini dilakukan dengan mengikuti rancangan penelitian deskriptif non eksperimental dengan pengambilan data secara retrospektif . Kinerja supply chain PBF diukur dengan pendekatan Supply Chain Operations Reference SCOR. Model hirarki awal disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Normalisasi Snorm De Boer berfungsi untuk menyamakan nilai metrik yang digunakan sebagai indikator pengukuran. Aspek performa Supply Chain Management dari PBF di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo ditinjau dari atribut reliability diperolehan nilai sebesar 45,81 dan atribut responsiveness diperoleh nilai sebesar 15,24 atribut agility diperoleh nilai sebesar 14,40 atribut asset management sebesar 5,99. Secara total diperoleh jumlah skor performa PBF sebesar 81,44 dapat dikategorikan baik untuk sebuah sistem supply chain .90 Sangat rendah Rendah Rata-rata Baik Sangat baik Pembobotan dengan Analytical Hierarchy Process AHP Pembobotan nilai KPI dapat dilakukan dengan menggunakan model Analytical Hierarchy Process AHP. Tingkat kepentingan dari masing-masing level dan besaran nilai KPI dapat diketahui dengan dilakukannya pembobotan. AHP sendiri merupakan salah satu jenis model pendukung dibuatnya keputusan Saayt. TL, 1990. Dimana jenis model ini dapat memberikan penguraian permasalahan multi faktor yang bersifat kompleks menjadi suatu hirarki Wibisono, 2006. Manfaat lain pada model ini adalah dapat melakukan penggabungan antara unsur objektif dengan subjektif terhadap suatu masalah. Beberapa langkah dasar penyusunan AHP terdiri dari 3 tahapan. Tahap awal yaitu desain dengan bentuk hirarki, yang perlu dilakukan pada model AHP sebagai langkah awal adalah menguraikan persoalan yang bersifat kompleks dan multikriteria selanjutnya menjadi bentuk hirarki. Tahap kedua adalah memprioritaskan prosedur, setelah proses pemecahan permasalahan telah tersusun menjadi sebuah struktur model hirarki, maka tahapan berikutnya adalah memilih mana prosedur yang bersifat prioritas untuk mendapatkan nilai relatif kemaknaan dari elemen penyusun di tiap level. Tahap ketiga adalahmelakukans perhitungan hasil, setelah terbentuk metriks preferensi, maka selanjutnya dapat dilakukan proses normalisasi dan menghitung bobot prioritas pada setiap metriksnya. Menghitung nilai total kinerja SCM Hasil perkalian dari nilai skor normalisasi tiap metrik dengan bobot metrik yang didapat dari hasil pembobotan menggunakan AHP merupakan nilai total kinerja SCM. 3. Hasil dan Pembahasan Masing-masing atribut memiliki makna yang mewakili tiap dimensinya. Dimensi reliability memiliki 10 atribut pengukuran, dimensi responsiveness memiliki 5 atribut pengukuran, dimensi agility memiliki 4 atribut pengukuran dan dimensi asset management memiliki 3 atribut pengukuran. J Pharm Sci Clin Res, 2021, 01 54 Nilai normalisasi metriks SCOR model level 1 Perhitungan data pada masing-masing performance attributes menggunakan persamaan Snorm De Boer Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan pada metriks perfect order fulfillment POF nilai maksimal diperoleh sebesar 100,00%, nilai aktual yang dirasakan yaitu sebesar 92,63%. Batas nilai minimal yang pernah dirasakan adalah 0%. Nilai normalisasi setelah dilakukan perhitungan diperoleh angka sebesar 92,63%. Disini masih terlihat adanya perbedaan antara nilai maksimal dengan nilai aktual, artinya bahwa masih ada permintaan yang belum dapat dipenuhi oleh PBF. Penelitian Luthfiana 2012 dengan studi kasus di PT. Indofarma menyatakan nilai POF sebesar 100%. Sehingga dalam proses pengadaan dan pemesanan perlu adanya upaya dan perbaikan. Hal ini dapat terjadi biasanya dikarenakan stok barang di PBF mengalami kekosongan atau keterlambatan pengiriman barang dari produsen. Tabel 2. Hasil perhitungan nilai normalisasi metriks SCOR model level 1 dari performence atributes yang telah dilakukan dengan menggunakan persamaan Snorm De Boer tehadap kinerja PBF di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo. Perfect order fulfillment % Order fulfillment cycle time hari Supply chain flexibility/ adaptability % Cash to cash cycle time hari Hasil Nilai Performa Selanjutnya dilakukan perhitungan hasil perolehan nilai performa dengan tujuan untuk memberikan gambaran baik atau buruknya performa dari suatu PBF. Pengukuran nilai ini merupakan langkah awal untuk melakukan perbaikan terhadap performa kinerja perusahaan. Pada tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai hasil akhir performa supply chain dari PBF sebesar 81,44 dengan nilai tertinggi pada skor performa untuk atribut reliability sebesar 45,81. Ini bermakna bahwa PBF terkait memiliki performa nilai kehandalan yang baik. Kemampuan untuk dapat melakukan pemenuhan atas permintaan barang tergolong baik. Sedangkan nilai terendah didapat pada atribut asset management dengan metrik cash to cash cycle time skor perolehan sebesar 5,99. Perolehan penilaian tersebut bermakna bahwa performa PBF dalam hal kemampuan serta kecepatan dalam mengubah persediaan menjadi uang masih belum optimal. Beberapa hal yang mempengaruhi nilai tersebut diantaranya ketersediaan barang di PBF tersebut, kompetisi dengan PBF lain dan dampak perubahan regulasi pemerintah mengenai kebijakan pelayanan kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional. Perolehan nilai berdasarkan sistem monitoring indikator performa sebesar 81,44 dapat dikategorikan baik berdasarkan sistem monitoring indikator kinerja untuk sebuah sistem supply chain dari suatu perusahaan. Namun masih perlu terus dilakukan monitoring dan evaluasi J Pharm Sci Clin Res, 2021, 01 55 terhadap indikator performa untuk meningkatkan nilai performa yang diperoleh. Penelitian Wahyuniardi, 2017 dengan studi kasus di PT. Brodo Ganesha Indonesia memberikan hasil total skor performa supply chain sebesar 59,21. Hal ini menunjukkan hasil perhitungan nilai akhir performa atribut total keseluruhan PBF lebih baik. Hasil penelitian Kurnia, 2017 menunjukkan bahwa pelaksanaan SCM secara tidak langsung memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Tabel 3. Hasil perhitungan skor nilai akhir performence atributes nilai total keseluruhan PBF di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo Reliability Responsiveness Agility Asset management Perfect order fulfillment % Order fulfillment cycle time hari Supply chain flexibility/ adaptability % Cash to cash cycle time hari Jumlah skor performa supply chain Rekap Nilai Performa PBF Penilaian performa dari masing-masing PBF akan memberikan gambaran terhadap kinerja suatu perusahaan. Nilai tersebut tersusun oleh beberapa atribut, dengan mengetahui nilai pada masing-masing atribut pendukungnya maka proses perbaikan kinerja dapat dilakukan dengan lebih terfokus. Pada tabel 4 terlihat nilai dari atribut dan nilai performa dari masing-masing PBF dengan besaran perolehan nilai yang beragam. Nilai tersebut menunjukkan kinerja dari masing-masing PBF. Pada atribut reliability PBF yang memiliki nilai tertinggi dari keseluruhan sampel menggambarkan bahwa kinerja dari PBF tersebut mampu memberikan pelayanan dalam pemenuhan permintaan dengan sangat baik. Sedangkan PBF dengan nilai rendah bermakna bahwa dalam pemenuhan pemesanan oleh pihak apotek masih perlu banyak perbaikan baik itu dari sistem/alur pelayanan pemenuhan permintaan ataupun dari permasalahan lain. Persaingan antar perusahaan dapat diatasi dengan menyusun rencana strategis. Salah satunya adalah perlunya sifat agility dan adaptability dari perusahaan tersebut sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan performanya Rahmasari, 2016. Atribut responsiveness menunjukkan perolehan nilai yang berbeda pula antar sampel. Terlihat bahwa antara nilai tertinggi dengan yang terendah ada perbedaan atau rentang yang sangat besar. Sehingga dirasa perlu untuk melakukan kajian lebih kanjut terhadap PBF yang memiliki nilai lebih rendah. Hal ini terjadi karena kemampuan finansial dan dukungan pemilik modal dalam mengembangkan usaha masing-masing PBF berbeda-beda. Pada atribut Agility nilai yang tertinggi diperoleh PBF yang mampu melekukan respon atau tanggap dengan cepat dalam menyikapi atau menerima permintaan diluar kebiasaan/ J Pharm Sci Clin Res, 2021, 01 56 regular. Hal ini bisa terjadi karena masing-masing PBF memiliki target dalam penjualan. Sehingga segala hal dilakukanuntuk mencapai target penjualan perbulan. Tabel 4. Hasil rekap perhitungan nilai performence atributes masing- masing PBF di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo Atribut Asset Management pada masing-masing PBF juga berbeda. PBF yang memiliki nilai tertinggi menggambarkan bahwa pengelolaan baik itu asset maupun keuangan sudah dilakukan dengan baik. Untuk PBF dengan nilai terendah maka perlu dilakukan perbaikan semisal dengan melakukan pencatatan lebih tertib terhadap jatuh tempo pembayaran, dan pengaturan pembayaran. Nilai akhir pembobotan masing-masing atribut Hasil nilai akhir dari tiap atribut akan memberikan gambaran perbedaan performa kinerja pada masing-masing PBF di tiap atribut yang diteliti. Perbaikan performa kinerja akan dapat dilakukan dengan berdasar pada hasil penilaian ini. Pada tabel 5 dilakukan perhitungan dari masing-masing atribut pada tiap PBF dengan mengalikan perolehan nilai normalisasi dengan masing-masing bobotnya. Sehingga dari sini akan diperoleh nilai akhir, yang dapat memberikan gambaran terhadap performa kinerja setiap PBF yang diteliti. Terlihat pada masing-masing atribut terdapat nilai akhir yang berbeda-beda. Pada atribut Reliability terlihat bahwa nilai terbesar diperoleh hanya satu PBF, disini dapat menggambarkan bahwa kinerja PBF tersebut dalam upaya pelayanan pemenuhan permintaan oleh pihak apotek dalam proses pengadaan dapat dikategorikan baik. Hal ini ditunjang oleh sistem manajemen dari PBF tersebut yang sudah terstruktur dengan rapi. Selain itu ketepatan dalam pengiriman, pada PBF ini didukung oleh armada layanan antar yang banyak sehingga mempercepat proses pengiriman. Pada atribut responsiveness nilai tertinggi diperoleh oleh tiga PBF, hal ini bermakna bahwa pada ketiga PBF tersebut kecepatan dalam pengiriman pemesanan lebih baik bila dibandingkan dengan PBF yang lain. Dengan demikian maka ketersediaan stok barang dapat terjaga, dan dapat meminimalkan terjadinya penolakan permintaan oleh pasien. Untuk atribut J Pharm Sci Clin Res, 2021, 01 57 agility nilai tertinggi diperoleh sebanyak dua PBF. Hal ini menggambarkan bahwa dari kesepuluh sampel, hanya dua PBF yang mampu memenuhi permintaan diluar kebutuhan regular atau biasanya. Kemampuan dalam pemenuhan permintaan apotek dengan jumlah yang bervarian, hal ini dapat terjadi karena adanya permintaan mendadak dalam jumlah banyak karena adanya Kondisi Luar Biasa KLB atau ada wabah penyakit. Tabel 5. Hasil perhitungan nilai akhir masing- masing PBF pada tiap performence atributes di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo J Pharm Sci Clin Res, 2021, 01 58 Sedangkan untuk atribut asset management nilai tertinggi dicapai oleh tiga PBF. Pencapaian angka ini menunjukkan bahwa ketiga PBF tersebut sudah mampu melakukan pengelolaan dan perbaikan dalam managemennya. Terutama dalam hal pengelolaan inventory dan pembayaran tagihan. Sedangkan untuk PBF dengan nilai rendah, perlu dilakukan perbaikan dalam pencatatan dan pengaturan pembayaran serta perlu adanya perbaikan inventory yang bisa dibantu dengan alat atau program komputerisasi Nilai Total Skor Performa Dengan menghitung nilai total skor performa kinerja dari PBF yang diteliti dari hasil penjumlahan kinerja masing-masing atribut maka dapat diketahui mana PBF yang dapat memberikan dan menunjukkan kinerja terendah sampai yang terbaik. Hal ini berguna untuk melakukan analisa kinerja dari masing-masing PBF dan juga memberikan bahan analisa penentuan kebijakan dari penerima kinerja PBF tersebut. Manfaat lainnya adalah evaluasi untuk meningkatkan daya saing dan loyalitas konsumen Wigaringtyas, 2013. Nilai akhir dari tiap atribut akan memberikan gambaran perbedaan performa kinerja pada masing-masing PBF di tiap atribut yang diteliti. Perbaikan performa kinerja akan dapat dilakukan dengan berdasar pada hasil penilaian ini. Tabel 6. Hasil rekap perhitungan nilai performence atributes secara total dari masing- masing PBF di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo Tabel 6 merupakan hasil rekap perolehan perhitungan total skor performa dari masing-masing PBF. Total nilai performa menunjukkan adanya perbedaan antara PBF satu dengan yang lainnya. Angka total terbesar menunjukkan kinerja PBF tersebut baik dengan masing-masing atribut pendukungnya. Nilai tertinggi yang diperoleh PBF dalam total skornya ada kalanya tidak didukung oleh perolehan nilai maksimal pada setiap atributnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PBF yang memperoleh nilai tertinggi memiliki satu aspek yang nilai perolehanya masih dibawah PBF lain. Namun pada atribut lain, nilai yang diperoleh sangat tinggi sehingga mengakibatkan nilai total menjadi terbesar. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun PBF tersebut memperoleh angka total terbesar, masih perlu adanya perbaikan pada aspek tertentu guna J Pharm Sci Clin Res, 2021, 01 59 mendapatkan performa yang lebih baik lagi. Beberapa hal yang mempengaruhi perencanaan supply chain management secara mendasar antara lain perubahan teknologi, lingkungan bisnis, kompetensi dan akuisisi Suryani, 2011. Tabel 7. Hasil perhitungan total skor akhir dari semua komponen performence atributes terhadap masing- masing PBF di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo Rating Akhir Nilai Skor Performa Dari keseluruhan perhitungan diatas akan memberikan perolehan nilai skor akhir bagi masing-masing PBF yang diteliti. Peringkat tertinggi sampai terendah dari masing-masing PBF akan dapat terlihat. Dengan menghitung nilai total skor performa kinerja dari PBF yang diteliti maka dapat digunakan untuk melakukan analisa kinerja dari masing-masing PBF. Tabel 7 menunjukkan urutan penilaian dari kesepuluh sampel PBF yang diambil. Urutan berdasarkan dari perolehan nilai akhir tertinggi sampai ke yang terendah. Beberapa strategi yang dapat diambil dalam mengupayak perbaikan pada masing-masing atribut penunjang nilai akhir. Dimulai dari setiap proses yang berkaitan dengan pemasok, aktivitas produksi dan distribusi hingga produk sampai ketangan konsumen Huan, 2004. Pada atribut reliability beberapa langkah yang dapat diambil antara lain melakukan peningkatan koordinasi antara PBF dengan apotek sebagai pelanggan. Hal ini dapat dilakukan dengan menentukan target dan menjadwalkan pertemuan dengan pelanggan secara rutin. Sehingga dapat dilakukan pemecahan permasalahan yang terjadi antara PBF dan apotek sebagai pelanggan bila ada kendala dalam proses pemesanan. Kerjasama dan tumbuhnya rasa kepercayaan serta pengakuan merupakan titik fokus pengelolaan manajemen supply chain, bila semua proses dapat dilakukan pengelolaan dengan baik maka secara keseluruhan akan memberikan hasil yang lebih besar dari jumlah bagian penyusunnya Christopher, 2011. Kepuasan konsumen berbanding lurus dengan kinerja yang baik, sehingga diperlukan adanya pengukuran kinerja untuk mengetahui nilai saat ini dan upaya untuk terus meningkatkannya Liputra, 2018. J Pharm Sci Clin Res, 2021, 01 60 4. Kesimpulan Performa Supply Chain Management dari PBF di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo ditinjau dari atribut penelitian secara total diperoleh jumlah skor sebesar 81,44 dapat dikategorikan masuk rentang baik untuk sistem supply chain dari suatu perusahaan. Rekomendasi yang diberikan terhadap performa Supply Chain Management dari PBF di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo yaitu perlu adanya perbaikan terutama pada dimensi asset management berupa strategi pencatatan pembukuan yang berisikan waktu pembayaran dan pembuatan penilaian key performa indicator pada atribut cash to cash cycle time. Ucapan Terima Kasih Penulis ucapkan terima kasih kepada Manajemen PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Sidoarjo, Universitas Setia Budi, yang membantu didalam pengumpulan data pengerjaan hingga mendapatkan hasil penelitian. Deklarasi Konflik Kepentingan Semua penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan terhadap naskah ini. Daftar Pustaka Ambe, JM. 2014. Key indicators for optimizing SC performance The case of light vehicle manufactures in South Africa. The Journal of Applied Business Reseaerch, 1, pp 277-290. Christopher, M. 2011. Logistics and Supply Chain Management Strategies for Reducing Cost and Improving Service Financial Times Pitman Publishing. London, 1998 ISBN 0 273 63049 0 hardback 294+ 1Xpp. Taylor & Francis Council, 2015. SCOR Quick Reference Guide. Versión Recuperado Httpwww Apics Orgdocs default - Sourcescc-Non research apicsscc scor quick reference guide Pdf Huan, Sheoran, and Wang, G. 2004. A review and analysis of supply chain operations reference SCOR model. Supply Chain Management An International Journal, 91, Janvier-James, 2012. A new introduction to supply chains and supply chain management Definitions and theories perspective. Int. Bus. Res. 5, 194–207 Kemenkes. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Jkt. Dep. Kesehat. RI. Kurien, Qureshi, 2012. Performance measurement systems for green SCs using modified balanced score card and analytical hierarchical process. Scientific Research and Essays, 736, pp. 3149 –3161 Kurnia, E. 2017. Pengaruh Praktik Supply Chain Management SCM Terhadap Kinerja Perusahaan dan Keunggulan Bersaing pada UKM Olahan Makanan Bika Ubi BARKAH di Kota Medan. J Pharm Sci Clin Res, 2021, 01 61 Liputra, Santoso, S. and Susanto, 2018. Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Dengan Model Supply Chain Operations Reference SCOR dan Metode Perbandingan Berpasangan. Jurnal Rekayasa Sistem Industri, 72, Luthfiana, Perdana, R. and Kalijaga, 2012. Pengukuran Performansi Supply Chain Dengan Pendekatan Supply Chain Operation Reference SCOR dan Analytical Hierarchy Process AHP Studi Kasus PT. Indofarma Global Medika. Indofarma Global Medika. Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Pujawan, dan ER, M. 2017. Supply Chain Management Edisi Ketiga. Surabaya Guna Widya Rahmasari, L. 2016. Pengaruh supply chain management terhadap kinerja perusahaan dan keunggulan bersaing Studi kasus pada industri kreatif di Provinsi Jawa Tengah. Majalah Ilmiah INFORMATIKA, 23. Romero, A. 2013. Managing medicines in the hospital pharmacy logistics inefficiencies, in Proceedings of the World Congress on Engineering and Computer Science. pp. 1–6. Saaty, 1990. The Analytical Hierarchy Process Planning, Priority Setting Resource Allocation. Pittsburgh University Pers. P. 97 Sumiati,2006. Pengukuran Performansi Supply Chain Perusahaan dengan pendekatan Supply Chain Operation Refrence SCOR di PT. Madura Guano Industri KAMAL-MADURA. Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran Jawa Timur Suryani, E. 2011. Analisis faktor kritis keberhasilan pada implementasi e-procurement. ComTech Computer, Mathematics and Engineering Applications, 22, Susanty, A.; Santosa, H.; Tania, F. 2017. “Penilaian implementasi Green Supply Chain Management di UKM Batik Pekalongan dengan Pendekatan GreenSCOR”. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 1, pp. 55 – 63. Wahyuniardi, R., Syarwani, M. and Anggani, R., 2017. Pengukuran Kinerja Supply Chain Dengan Pendekatan Supply Chain Operation References SCOR. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 162, Wibisono, Dermawan. 2006. Manajemen Kinerja. Penerbit Erlangga Jakarta Wigaringtyas, 2013. Pengukuran Kinerja Supply Chain Management Dengan Pendekatan Supply Chain Operation Reference SCOR. Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta. © 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution-ShareAlike International CC BY-SA license ... Supply chain risk management is a risk management process that may happen while distributing materials from suppliers to end customers Puspadina et al., 2021;Rozudin & Mahbubah, 2021. Coordination between supply chain entities is needed to reduce the negative impact of supply chain management by planning and identifying supply chain risks Jayawati et al., 2020. ...... To find out risk events and agents was mastered using questionnaire design filled by three participants, pharmacists, service staff, and owners. The questionnaire attributes were obtained from previous research by Chaisani, 2021;Magdalena & Vannie, 2019;Puspadina et al., 2021;Samodro, 2020. Interview activities were carried out to determine the level of correlation between risk events and risk agents. ...... This research method is in line with previous studies as follow Kurnia Ramadhan et al., 2021;Puspadina et al., 2021;Samodro, 2020;Teniwut, Betaubun, et al., 2020. However, the research results are different. ...Aenun Nafi'ah Nina MahbubahPharmacy CBA is a trading business that engages in pharmaceutical and medical devices. Uncertainty and complexity have been identified as risks in business supply chains. Further measurement is needed in order to enhance the effectiveness of the pharmacy business process. The purpose of this study is to identify risk events and risk agents, calculate the risk value in the supply chain flow from upstream to downstream, and determine efforts to minimize risk. The method used in this research is HOR 2 phases, through a SCOR-based approach. The study begins with the identification of risk events and risk agents based on SCOR, then calculates the level of severity, occurrence, and correlation for the calculation of the HOR 1. Identified 45 risk events, 23 risk agents, and 19 actions to minimize risk. Aggregate risk potential is calculated as a result of HOR 1. From 23 risk agents, ten are prioritized based on the most significant ARP value. In the calculation of HOR 2, 10 risk mitigation strategies are obtained to minimize risk along with the supply chain stream. There are four approaches to implementing the ten mitigations HR Development, Customer Relationship Management-based approach, Supplier relationship management, and facility design.... With these criteria, the quality and safety of drugs to be given to patients can be guaranteed. The criteria for determining PBF distributors who prioritize patient safety which has been carried out by the Kragan II Health Center Pharmacist is in line with the statement from another study by Puspadina 2021 that Pharmacists must be able to determine the selection of distributors as suppliers of quality drugs, the quality and authenticity of drugs are the main points in the drug procurement process as well as safety factors. and effectiveness is also a priority that must be met in order to ensure patient safety. ...... and effectiveness is also a priority that must be met in order to ensure patient safety. 24 To ensure the safety and quality of drugs, Kragan II Health Center pharmacists in procuring drugs with PBF have documentation in both manual and digital forms. At the Kragan II Health Center, they usually use a document called a drug order letter where the drug order document consists of several other documents. ...Fitrotul MaulidiyyahBambang Budi RahardjoIntroduction Based on the results of a preliminary study at the Kragan II Health Center, Kragan District, Rembang Regency, it was found that problems in drug procurement activities were located on the Large Pharmaceutical Trader or Pedagang Besar Farmasi PBF. In addition, the COVID-19 pandemic has also affected the budget cuts for the procurement of drugs at the Kragan II Health This research was descriptive qualitative research. Data collection techniques use in-depth interviews and observation techniques. The sampling technique used was purposive sampling and data were analyzed using the Miles and Huberman The results showed that the process of planning and supplying drugs at the Kragan II Health Center had not gone well even though the indicators in Regulation of the Minister of Health Number 74 of 2016 of the Republic of Indonesia had been realized. The process of planning and procuring drugs at the Kragan II Health Center Puskesmas experienced problems in the field of funding for the procurement of drugs due to the Covid-19 pandemic. Another problem is the PBF whose response is slow and the drugs distributed are not following what was ordered by the Regarding debts with PBF, pharmacists are advised to discuss with the Head of the Kragan II Health Center regarding budget priorities during the COVID-19 pandemic to immediately pay off debts with PBF so that pharmacists can procure with PBF again. Therefore, drug services to patients can run well. David Try LiputraSantoso SantosoNadya Ariella SusantoThe rapid development of the industrial world has resulted in increasingly tight competition among companies. This condition shows the importance of improving performance, not only in a company but also other parties in the related supply chain, in order to compete with other companies or supply chains. The good performance of a supply chain will certainly increase the customers satisfaction. Therefore, performance measurement needs to be carried out so that a supply chain can find out how well it currently performing is and keep improving it. This study will discuss about the application of the supply chain operations reference SCOR model and the pairwise comparison method for the supply chain performance measurement of a product packaging company Keywords supply chain, performance measurement, SCOR, pairwise comparison Rizki WahyuniardiMoh. SyarwaniRyan AngganiPT. Brodo Ganesha Indonesia is a national company engaged in manufacturing with the production of leather shoes. The company has many stakeholders and it is difficult to manage its supply chain, thereby affecting the effectiveness and efficiency of the company's supply chains. The research was conducted to measure the performance of supply chain by using Supply Chain Operation References SCOR approach. The initial hierarchy model of performance measurement is tailored to the company's condition to measure its supply chain performance, while the normalization of Snorm De Boer serves to equalize the value of the matrix used as the measurement indicator. The level of importance of performance attributes is measured by weighting with subjective questionnaires. Value of performance attribute obtained reliability 19,74, responsiveness 16,91, agility 11,00; and asset management The total performance score of This value indicates that the performance of the supply chain is in an average SusantyHaryo SantosaFani TaniaThis article assesses the implementation level of Green Supply Chain Management GSCM practices in SMEs Pekalongan batik business with GreenSCOR approach and mapped out the results with an approach of importance peformance analysis IPA. The article also devised a strategy to improve the implementation of GSCM practices. Data collection was done by distributing questionnaires and interviews. This article shows that the level of GSCM implementation in small-scale batik SMEs is in the poor category; Whereas, the level of GSCM implementation in medium-scale batik SMEs is in the average category. The results of the mapping show that, for batik SMEs there are indicators that are in quadrant A. Preparation of strategies to improve GSCM practices in batik SME Pekalongan more focused on improving the performance of indicators of use of environmentally friendly raw Setia Budi, yang membantu didalam pengumpulan data pengerjaan hingga mendapatkan hasil penelitianBisnis SidoarjoBisnis Sidoarjo, Universitas Setia Budi, yang membantu didalam pengumpulan data pengerjaan hingga mendapatkan hasil indicators for optimizing SC performance The case of light vehicle manufactures in South AfricaJ M Daftar Pustaka AmbeDaftar Pustaka Ambe, JM. 2014. Key indicators for optimizing SC performance The case of light vehicle manufactures in South Africa. The Journal of Applied Business Reseaerch, 1, pp Quick Reference Guide. Versión Recuperado Httpwww Apics Orgdocs default -Sourcescc-Non research apicsscc scor quick reference guide Pdf HuanM S H ChristopherS K SheoranG WangChristopher, M. 2011. Logistics and Supply Chain Management Strategies for Reducing Cost and Improving Service Financial Times Pitman Publishing. London, 1998 ISBN 0 273 63049 0 hardback 294+ 1Xpp. Taylor & Francis Council, 2015. SCOR Quick Reference Guide. Versión Recuperado Httpwww Apics Orgdocs default -Sourcescc-Non research apicsscc scor quick reference guide Pdf Huan, Sheoran, and Wang, G. 2004. A review and analysis of supply chain operations reference SCOR model. Supply Chain Management An International Journal, 91, Menteri Kesehatan Republik Indonesia NomorKemenkesKemenkes. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2016
Tujuan pengelolaan obat adalah terciptanya sistem pengadaan yang efisien sehingga dapat menjamin ketersediaan obat yang tepat, jumlah yang cukup, harga wajar dan dengan standar kualitas yang telah dikenal dari sumber resmi dan dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, terbentuknya sistem penyimpanan dan pengamanan persediaan yang menjamin perpindahan obat dari sumber pemasok sampai ke pengguna dengan prinsip cost effectiveness dan terpercaya, terhindar dari pemborosan, kerusakan, dan kehilangan, serta menjamin stabilitas atau kualitas obat. Agar terciptanya tujuan diatas, maka tenaga kefarmasian harus melakukan kegiatan, diantara kegiatan yang penting adalah proses perencanaan serta pengadaan dan proses penyimpanan serta pengamanan persediaan. Dalam perencanaan serta pengadaan apotek Kimia Farma 179 menggunakan prinsip pareto atau berdasarkan tingkat penjualan. Barang obat yang laku fast moving akan dipesan dalam jumlah besar, sedangkan obat yang kurang laku slow moving hanya dipesan seperlunya saja. Kegiatan penyimpanan dan pengamanan persediaan meliputi merancang fisik dan peralatan yang diperlukan sesuai dengan undang-undang dan peraturan dan peraturan yang berlaku untuk menjamin stabilitas obat, merancang dan melaksanakan prosedur tetap pengamanan persediaan dan menyimpan obat yang sesuai dengan dokumen penyerta serta sesuai dengan sistem penyimpanan yang dipilih. 1. Perencanaan Apotek Kimia Farma 179 melakukan perencanaan dengan menggunakan metode konsumsi dan epidemiologi, yaitu dilihat dari data obat-obat yang banyak digunakan pada periode sebelumnya yang dapat dilihat dari banyaknya resep dokter yang masuk setiap harinya dan berdasarkan pola penyakit. Sebelumnya telah dilakukan pengumpulan data obat-obat yang habis atau jumlah persediaannya menipis. Data obat-obat tersebut biasanya ditulis dalam buku defecta. Selain itu, perencanaan obat di Apotek Kimia Farma 179 juga dilakukan berdasarkan data dari pareto penjualan, KLB Kejadian Luar Biasa, iklan dan promo. 2. Pengadaan Pengadaan barang di Apotek Kimia Farma 179 dilakukan satu kali dalam seminggu, pada hari selasa. Untuk melakukan pengadaan barang di Apotek Kimia Farma 179 dibuatkan BPBA Bon Permintaan Barang Apotek untuk diserahkan kebagian pengadaan di BM. Bagian pengadaan akan memproses dan dibuatkan surat SP surat pesanan untuk ditujukan ke PBF. alur pemesanan obat Apotek Kimia Farma Obat yang akan dipesan dimasukan kedalam BPBA Bon Permintaan Barang Apotek BPBA dikirim ke bagian Pengadaan melalui sistem online Bagian pengadaan membuat SP surat pesanan sesuai BPBA SP diperiksa BM dan ditandatangani SP dikirim ke PBF PBF mengantarkan obat ke apotek sesuai dengan surat pesanan SP Untuk produk atau obat yang diperlukan dalam jumlah kecil, maka pengadaan dilakukan dengan cara BPBA atau Bon Obat ke Apotek Kimia Farma lainnya. 3. Penerimaan Obat yang diantar ke Apotek Kimia Farma di Banjarbaru bersama dengan faktur akan diterima oleh asisten apoteker atau petugas yang berjaga. Petugas yang menerima harus mencocokkan barang dengan DO/faktur dan SP pada lembar ke-2. Pemeriksaan mencakup nama obat, jumlah, kemasan, masa expired date, harga satuan, diskon, perhitungannya benar semua. Apabila telah sesuai dengan BPBA dan faktur, maka petugas apotek akan menandatangani faktur dan memberikan cap/stempel apotek. Selanjutnya dilakukan pencatatan pada buku penerimaan faktur. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan seperti kemasan rusak, jumlah obat yang tidak sesuai, kesalahan pengiriman, sehingga jika hal demikian terjadi dapat segera dilakukan klarifikasi. 4. Penyimpanan Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma 179 Martapura dilakukan oleh tenaga kefarmasian dan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu 1 Obat-obatan yang disimpan khusus misalnya seperti sediaan suppositoria, injeksi, vaksin dan sebagainya harus disimpan dikulkas. 2 Obat-obat yang pareto A ditempatkan dalam rak tersendiri 3 Obat-obatan narkotika dan psikotropika disimpan dilemari khusus yang terkunci 4 Obat generik disimpan pada rak tersendiri 6 Pada rak obat tersusun berdasarkan bentuk sediaan dan abjad. Misalnya salep, injeksi, sirup, drop, tetes mata/telinga dan aerosol. 7 Obat-obatan lainnya disimpan berdasarkan abjad, tingkat penjualan dan ada juga yang berdasarkan efek farmakologinya misalnya golongan Antibiotika, Saluran pencernaan, Hipertensi, Kolestrol, Jantung, Diabetes, produk KF dan vitamin. 8 Pada swalayan farmasi obat-obatan tersusun berdasarkan bentuk sediaan, abjad dan efek farmakologinya. 5. Distribusi a. Pendistribusian obat tanpa resep dokter dan Alkes Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter meliputi golongan obat bebas, obat bebas terbatas dan golongan obat wajib apotek. Alur distribusi obat tanpa resep dokter dan alkes b. Pendistribusian obat melalui resep dokter Pembeli datang ke apotek dan menyebutkan obat / alkes yang akan dibelinya Asisten apoteker menyiapkan obat / alkes Asisten apoteker memberitahu harga obat / alkes Pembeli membayar sesuai harga obat / alkes Untuk obat yang diserahkan melalui resep dokter meliputi obat keras, obat psikotropika dan obat narkotika. Alur distribusi obat melalui resep dokter Untuk obat yang kurang atau diambil sebagian maka AA membuatkan salinan resep sebagai hak pasien 6. Pelayanan AA menerima resep dari pasien AA melihat kelengkapan resep AA menghitung dan mengkonfirmasikan harga obat kepada pasien Pasien membayar harga obat yang disetujui Menyiapkan obat sesuai dengan yang diresep Setelah obat disiapkan dan diberi etiket, AA memeriksa kembali kesesuaian obat dengan resep AA menvalidasi waktu pelayanan dan memberikan informasi dosis, cara pemakaian obat dan informasi lain yang diperlukan a. Pengelolaan Resep Pelayanan pada Apotek Kimia Farma 179 Martapura terdiri dari 3, yaitu a Pelayanan I Yaitu pelayanan obat-obatan yang dapat dibeli tanpa resep dokter, yang sering disebut UPDS Upaya Pengobatan Diri Sendiri. b Pelayanan II Yaitu pelayanan obat-obatan dengan menggunakan resep dokter dan dibayar tunai oleh pasien. c Pelayanan III Yaitu resep kredit pelayanan obat-obatan untuk perusahaan yang telah memiliki ikatan kerjasama dengan Apotek Kimia Farma. Apotek Kimia Farma 179 Martapura tidak hanya melayani resep yang dibayar dengan tunai atau cash, tetapi juga melayani resep yang dibayar dengan kredit. Perusahaan yang dilayani secara kredit adalah perusahaan yang telah melakukan perjanjian kerjasama dengan BM Banjarbaru dan berlaku untuk semua Apotek Kimia Farma. Pasien membawa resep sendiri yang sudah terdapat catatan yang menyatakan bahwa resep tersebut dibeli secara kredit atau dengan membawa surat keterangan dari perusahaan atau menunjukkan identitas diri yang menyatakan bahwa pasien tersebut adalah karyawan perusahaan yang bersangkutan. Resep yang masuk setiap harinya disusun berdasarkan hari, tanggal, dan bulan yang disimpan dalam lemari khusus. Untuk resep obat-obat narkotika dan psikotropika dipisahkan dari resep lain dan disusun berdasarkan hari, tanggal, dan bulan. Resep kredit juga dipisahkan dari resep lainnya sesuai dengan nama perusahaan, kemudian dibuat laporan setiap bulannya untuk diserahkan kepada BM. Bagian tata usaha akan melakukan klaim pada perusahaan yang bersangkutan. Resep yang telah disimpan minimal 3 tahun dapat dimusnahkan. Untuk pemusnahan resep dibuat berita acara pemusnahan yang telah disetujui oleh BPOM dan Dinas Kesehatan. Pemusnahan resep dilakukan oleh APA didampingi oleh 1 orang Tenaga Teknis Kefarmasian dan 1 orang saksi dari BPOM atau dari pihak Dinas Kesehatan. b. Pengelolaan Obat Wajib Apotek Pelayanan obat wajib apotek di Apotek Kimia Farma 179 Martapura dapat dilakukan oleh apoteker maupun asisten apoteker, karena asisten apoteker sudah mengetahui dosis, aturan pakai, kontra indikasi dan efek samping obat wajib apotek. c. Pengelolaan obat keras, narkotika dan psikotropika Pelayanan obat keras di Apotek Kimia Farma 179 Matapura hanya dilakukan oleh apoteker atau asisten apoteker kepada pasien yang datang ke apotek, baik melalui resep dokter, maupun tanpa resep dokter. Pelayanan obat narkotika di Apotek Kimia Farma 179 Martapura hanya melayani pasien yang membawa resep dokter. Hal ini untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan obat narkotika dan untuk memudahkan dalam pelaporan narkotika yang dilakukan setiap bulan. Pelayanan obat psikotropika di Apotek Kimia Farma 179 Martapura sama dengan pelayanan resep yang mengandung narkotika, yaitu hanya melayani pasien yang membawa resep dokter. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan psikotropika dan untuk memudahkan dalam pelaporan psikotropika yang dilakukan setiap bulan. d. Pengelolaan Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan lainnya Pelayanan obat bebas di Apotek Kimia Farma 179 Martapura dapat dilakukan oleh apoteker atau asisten apoteker. Obat bebas dapat dilayani tanpa resep dokter. Untuk dosis dan aturan pakai, pasien cukup mengikuti aturan yang tercantum dalam kemasan obat bebas tersebut. Di Apotek Kimia Farma 179 Martapura ada banyak obat bebas yang diletakkan di gondola depan yang terlihat langsung oleh pasien. Pelayanan obat bebas terbatas di Apotek Kimia Farma 179 Martapura dapat dilakukan oleh apoteker atau asisten apoteker. Obat bebas terbatas dapat dilayani tanpa resep dokter, asalkan memenuhi persyaratan sebagai berikut 1 Obat tersebut hanya dapat dijual dalam bungkus asli dari pabrik atau pembuatnya 2 Pada penyerahan oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan tanda peringatan. Pelayanan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya di apotek Kimia Farma 179 Martapura dapat dilakukan oleh apoteker atau asisten apoteker. Alat kesehatan Alkes dibagi dalam beberapa kelas khusus, yaitu 1 Kelas I Alkes kelas I adalah alkes yang kegagalannya atau salah penggunaannya tidak menyebabkan akibat yang berarti. Penilaian untuk alkes ini dititikberatkan hanya pada mutu dan produk. Contoh sikat gigi, masker, perban dan lain-lain . 2 Kelas IIa Alkes kelas IIa adalah alkes yang kegagalannya atau salah penggunaannya dapat memberikan akibat yang berarti kepada pasien tetapi tidak menyebabkan kecelakaan yang serius. Alkes ini sebelum beredar perlu mengisi dan memenuhi persyaratan yang cukup lengkap untuk dinilai tetapi tidak memerlukan uji klinis. Contoh kursi roda dan tongkat 3 Kelas IIb Alkes kelas IIb adalah alkes yang kegagalannya atau salah penggunaannya dapat memberikan akibat yang sangat berarti kepada pasien tetapi tidak menyebabkan kecelakaan yang serius. Alkes ini sebelum beredar perlu mengisi dan memenuhi persyaratan yang lengkap termasuk analisa resiko dan bukti keamanannya untuk dinilai tetapi tidak memerlukan uji klinis. Contoh kontak lens 4 Alkes kelas III Alkes kelas III adalah alkes yang kegagalannya atau salah penggunaannya dapat memberikan akibat yang serius kepada pasien atau perawat/operator. Alkes ini sebelum beredar perlu mengisi formulir dan memenuhi persyaratan yang lengkap termasuk analisa resiko dan bukti keamanannya untuk dinilai serta memerlukan uji klinis. Di Apotek Kimia Farma 179 Martapura hanya menjual alkes kelas I dan kelas IIa saja, karena alkes tersebut dalam penggunaannya tidak memberikan akibat yang berarti kepada pasien jika terjadi kesalahan dalam penggunaannya. Contoh alkes yang terdapat di Apotek Kimia Farma 179 Martapura yaitu sarung tangan, masker, perban, kursi roda dan tongkat. e. Pengelolaan obat rusak, kadaluarsa, pemusnahan obat dan resep Obat rusak adalah obat yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut 1 Tablet a Terjadi perubahan warna, bau dan rasa b Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, pecah, retak dan terdapat benda-benda asing c Kaleng atau botol rusak sehingga dapat mempengaruhi mutu obat menjadi bubuk dan lembab 2 Kapsul a Perubahan warna isi kapsul b terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan lainnya 3 Tablet Salut a Pecah-pecah dan terjadi perubahan warna b Basah dan lengket satu dengan yang lainnya c Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik 4 Cairan a Menjadi keruh atau timbul endapan b Konsistensi berubah c Warna atau rasa berubah d Botol-botol plastik rusak atau bocor 5 Salep/krim a Warna berubah b Pot/tube rusak atau bocor c Bau berubah Jika terdapat obat dengan ciri-ciri seperti di atas, berarti obat tersebut digolongkan sebagai obat rusak. Pengelolaan obat rusak di Apotek Kimia Farma 179 Martapura dilakukan dengan cara meretur atau mengembalikan obat tersebut kepada PBF yang bersangkutan, dengan syarat obat tersebut belum memasuki batas kadaluarsa, setidaknya tiga bulan sebelum batas kadaluarsa. Obat kadaluarsa adalah obat yang telah memasuki batas kadaluarsa atau sudah tidak layak untuk digunakan yang dilihat dari tanggal expired date yang terdapat dikemasan obat tersebut. Setiap tiga bulan sekali Apotek Kimia Farma 179 Martapura melakukan kegiatan stock opname, yaitu pemeriksaan terhadap seluruh obat yang terdapat di Apotek Kimia Farma 179 Martapura. Tujuan stock opname adalah untuk mengetahui obat-obat yang rusak dan kadaluarsa agar obat yang rusak dapat segera diretur ke PBF jika masih memenuhi syarat dan obat yang sudah kadaluarsa dapat segera dimusnahkan. 1 Pemusnahan obat kadaluarsa Pemusnahan obat kadaluarsa di Apotek Kimia Farma 179 Martapura yaitu untuk sediaan sirup airnya dibuang ke westafel dan botolnya dibuang, untuk sediaan tablet terlebih dahulu tablet dihancur kemudian dibakar dan untuk sediaan salep dank rim dimusnahkan dengan cara dibakar, kemudian dibuang. Resep yang telah disimpan selama kurang lebih tiga tahun akan dilakukan pemusnahan. Apotek Kimia Farma 179 Martapura melakukan pemusnahan resep dengan cara dibakar. f. Pelayanan KIE Pelayanan KIE adalah pelayanan yang lebih menitikberatkan kepada pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi KIE. Maksud dari pelayanan KIE adalah pelayanan dengan menyampaikan pesan secara langsung/tidak langsung melalui saluran komunikasi kepada penerima pesan untuk mendapatkan efek yang mempengaruhi perilaku positif dimasyarakat dengan gagasan maupun kenyataan yang perlu diketahui masyarakat sehingga masyarakat berubah ke arah yang positif. Pelayanan KIE meliputi komunikasi yang baik, benar dan sopan kepada pasien dan memberitahukan informasi tentang cara pemakaian obat, indikasi obat, efek samping, sampai hal-hal yang harus diperhatikan oleh pasien seperti obat dengan indikasi antibiotika, pasien harus meminumnya sampai habis agar tidak terjadi resistensi atau kebal terhadap jenis antibiotika tersebut serta pemberian edukasi terhadap pasien. Apoteker atau asisten apoteker harus memberikan edukasi mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki budaya hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan. Pelayanan KIE di Apotek Kimia Farma 179 Martapura dilakukan dengan memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti. Informasi obat yang diberikan kepada pasien meliputi aturan pakai, indikasi obat, cara penyimpanan obat, sampai hal-hal yang harus diperhatikan oleh pasien, seperti pemakaian antibiotika, pemakaian obat sariawan, pemakaian tablet hisap dan lain-lain. Apotek Kimia Farma 179 Martapura telah memberikan informasi obat yang jelas dan pasti tentang suatu obat untuk meningkatkan pemakaian obat secara rasional sehingga dapat tercapai tujuan terapi yang diinginkan. Pemberian Informasi obat dilakukan pada saat penyerahan obat oleh asisten apoteker kepada pasien sehingga pasien dapat menggunakan obatnya dengan benar dan rasional sehingga tujuan terapi dari pengobatan tersebut dapat tercapai. 7. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma 179 Martapura dimulai dari perencanaan barang sampai pemusnahan barang yang telah rusak atau kadaluarsa. Apotek Kimia Farma 179 Martapura melakukan seluruh kegiatan penjualan, pembelian dan administrasi lainnya dengan menggunakan komputerisasi atau yang disebut KIS Kimia Farma Apotek Informasi Sistem. Dengan menggunakan sistem ini, maka seluruh data Apotek Kimia Farma 179 Martapura dapat memudahkan karyawan dalam pengarsipan data Apotek, sehingga apabila suatu saat data tersebut diperlukan, maka dapat ditemukan dengan mudah. BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Perencanaan di Apotek Kimia Farma 179 Martapura dilakukan berdasarkan data dari buku defecta, dari pareto penjualan, metode epidemiologi, KLB Kejadian Luar Biasa, metode konsumsi, serta iklan dan promosi. 2. Pengadaan di Apotek Kimia Farma 179 Martapura dilakukan dengan membuat BPBA Bon Permintaan Barang Apotek untuk diserahkan kebagian pengadaan di BM. Bagian pengadaan akan memproses dan dibuatkan surat pesanan untuk ditujukan ke PBF. 3. Penyimpanan di Apotek Kimia Farma 179 Martapura yaitu berdasarkan penggolongan, bentuk sediaan, abjad, FEFO, efek farmakologi, sifat kimia dan sifat fisika. 4. Pendistribusian di Apotek Kimia Farma 179 Martapura adalah sebagai berikut a. Pendistribusian obat tanpa resep dokter dan Alkes Pembeli datang ke apotek dan menyebutkan obat/alkes yang akan dibelinya dan asisten apoteker akan menyiapkan obat/alkes dan memberitahu harga obat/alkes tersebut. Pembeli membayar sesuai harga dan asisten apoteker menyerahkan obat/alkes tersebut. b. Pendistribusian obat melalui resep dokter Pasien menyerahkan resep kemudian AA memeriksa kelengkapan resep dan menghitung serta mengkonfirmasikan harga obat kepada pasien. Setelah pasien membayar harga obat yang disetujui. AA menyiapkan obat dan diberi etiket, kemudian memeriksa kembali kesesuaian obat dengan resep serta memberikan pelayanan KIE meliputi aturan pakai obat dan informasi lain yang diperlukan. 5. Pencatatan di Apotek Kimia Farma 179 Martapura menggunakan sistem komputerisasi atau yang disebut KIS Kimia Farma Apotek Informasi Sistem 6. Pelaporan di Apotek Kimia Farma 179 Martapura meliputi pelaporan penggunaan obat narkotika dan obat psikotropika yang dilakukan setiap satu bulan sekali melalui email serta pemusnahan obat/ resep. 7. Pelayanan KIE Komunikasi, Informasi dan Edukasi di Apotek Kimia Farma 179 Martapura dilakukan dengan memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti. Informasi obat yang diberikan kepada pasien meliputi aturan pakai obat, indikasi obat, cara penyimpanan obat, sampai hal-hal yang harus diperhatikan oleh pasien seperti pemakaian antibiotika. B. SARAN 1. Tetap pertahankan pelayanan yang prima dan berkualitas 2. Penambahan fasilitas ruangan untuk tempat penyimpanan resep 3. Jumlah persediaan obat lebih dilengkapi agar tidak kehabisan saat pasien mencari obat yang diinginkan 4. Apotek Kimia Farma 179 Martapura diharapkan dapat terus berkembang dan dapat meningkatkan terus pelayanannya, sehingga dapat meningkatkan kepuasan dan kenyamanan pasien dibidang pelayanan kesehatan 5. Bagi karyawan Apotek Kimia Farma 179 Martapura supaya tetap dapat menjaga kekompakkan kerja dan rasa kekeluargaan sehingga dapat meningkatkan pelayanan menjadi lebih baik.
PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI PENGADAAN OBAT TERDISTRIBUSI ANTAR OUTLET BERBASIS WEB PADA APOTEK KIMIA FARMA BISNIS MANAGER BANDUNG Abstract Apotek Kimia Farma Bisnis Manager adalah salah satu perusahaan BUMN yang bergerak di bidang distribusi obat milik Kimia Farma maupun pihak ketiga seperti Pedagang Besar Farmasi PBF lainnya. Ketersediaan produk yang dijual menjadi penting untuk selalu ada agar permintaan obat pelanggan selalu terpenuhi sehingga pelanggan tetap setia menggunakan produk-produk dari Apotek Kimia Farma. Hingga saat ini tiap outlet memiliki kebutuhan akan produk obat yang berbeda-beda sehingga supply obat tiap outlet bervariasi. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu dapat memberikan dan mengolah informasi ketersediaan obat yang akan diminta dari outlet yang dituju, bagian Gudang dapat mengetahui adanya permintaan obat dari outlet lainnya, bagian Pengadaan dapat mengetahui diterima tidaknya permintaan obat yang diajukan kepada outlet yang dituju, kemudian informasi mengenai jarak outlet terdekat, agar proses pengiriman obat lebih cepat dilakukan. Metode Waterfall adalah model yang dikembangkan untuk pengembangan perangkat lunak dimana model berkembang secara sistematis dari satu tahap ke tahap lain dalam model seperti air terjun. Model ini mengusulkan sebuah pendekatan kepada pengembangan software yang sistematik dan sekuensial yang mulai dari tingkat kemajuan sistem pada seluruh analisis, desain, kode, pengujian dan pemeliharaan. Hasil penelitian ini yaitu Sistem Informasi Pengadaan Obat Terdistribusi Antar Outlet Berbasis Web pada Apotek Bisnis Manager Kimia Farma yaitu menampilkan informasi ketersediaan obat yang akan diminta dari outlet, proses pengiriman obat dapat lebih cepat karena memprioritaskan outlet terdekat, Bagian Gudang dapat menerima informasi adanya permintaan obat dari outlet lain, Bagian Pengadaan dapat menerima informasi diterima tidaknya permintaan obat yang dilakukan kepada outlet yang dituju. Kata kunci Apotek Kimia Farma, Pengiriman Obat. DOI Refbacks There are currently no refbacks. Address Fakultas Teknik Universitas Wahid HasyimJL. Menoreh Tengah X / 22, Sampangan, Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah 50232, IndonesiaCiptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi Internasional.